bralingnews.com Pada hari Minggu tanggal 19 Mei 2024, Yamas Purbalingga menggulirkan program Yamas Peduli dengan membuat program peningkatan perekonomian rakyat melalui peternakan skala rumahan. Program dimulai dengan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar tentang pemanfaatan onggok sebagai limbah industri menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi.
Program peningkatan perekonomian rakyat yang digagas oleh YAMAS Pubalingga sejalan dengan program Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang mentargetkan tingkat kemiskinan ekstrim di Kabupaten Purbalingga agar mencapai 0 persen pada tahun 2024. Hal itu juga sesuai dengan prioritas utama pemerintah pusat,
“Sesuai arahan Presiden Jokowi, pada tahun 2024 tingkat kemiskinan ekstrim di Indonesia 0 persen. Oleh karena itu, kita juga harus mencapai target tersebut,” ujar Diyah dalam arahan pada Rapat Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan di Ruang Rapat Bupati, Jumat (27/01/2023).
YAMAS Purbalingga menyambut baik program pengentasan kemiskinan tersebut dengan mengoptimalkan potensi daerah di bidang pertanian. Pertanian singkong di Purbalingga cukup baik dengan produksi yang cukup besar. Produksi singkong di Purbalingga pada tahun 2022 sebessr 25.243 ton ( jateng.bps.go.id).
Sikin Nurokhmin, Ketua YAMAS Purbalingga mengungkapkan bahwa kebanyakan petani singkong di purbalingga menjual singkongnya ke pabrik pembuat tepung tapioka di pabrik terdekat. Namun masyarakat sekitar pabrik mengaku tidak begitu memahami, kemana pemasaran produk industri pengolahan singkong itu dipasarkan. Padahal selain tepung tapioka, pabrik pengolahan singkong juga menghasilkan onggok dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan tepung tapioka sebagai produk utama. Masyarakat purbalingga belum banyak yang memanfaatkan onggok yang diproduksi oleh pabrik. Hal ini karena ketidaktahuan mereka akan besarnya potensi ekonomi yang bisa diambil dari onggok. Penyuluhan ini menjadi sangat penting untuk disampaikan kepada masyarakat Purbalingga untuk bisa meningkatkan pemahaman masyarakat akan tingginya nilai ekonomis onggok agar mereka juga bisa ikut memanfaatkan onggok dan meningkatkan penghasilan. Saat ini belum banyak warga masyarakat Purbalingga yang memanfaatkan onggok, jelas Sikin.
Lebih lanjut, Amin Tukirno, S.Mn. MPA selaku tim Ahli YAMAS menjelaskan dalam penyuluhan itu bahwa onggok sebagai limbah industri tepung tapioka dapat dimanfaatkan oleh masyarakat purbalingga menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. YAMAS Purbalingga telah berhasil mengembangbiakkan kapang, yaitu sejenis jamur yang dapat mengubah onggok menjadi pakan ternak bernutrisi tinggi. Tidak hanya kandungan karbohidratnya yang tinggi hingga mencapai 72,49%- 85,99%, onggok juga mengandung protein kasar 2,89%, lemak kasar 14,73% dan nutrisi lainnya. Kandungan protein pada onggok masih bisa ditingkatkan melalui proses penjamuran menggunakan kapang ini.
Dengan nilai kalori sebesar 2783 kkal/kg, onggok menjadi pilihan terbaik untuk menggantikan jagung yang harganya cukup mahal. Masyarakat perlu diberikan pemahaman tentang potensi ubi kayu di Purbalingga, khususnya pemanfaatan onggok agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Tentunya dukungan pemerintah dan perusahaan pengolahan tepung tapioka sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat memanfaatkan onggok menjadi pakan ternak yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf ekonomi masyarakat agar terlepas dari garis kemiskinan.
Dalam kesempatan yang sama, Sikin Nurokhim juga menyampaikan program yayasan yang akan menggeluti bidang peternakan berbasis rumah tangga dengan sistem bagi hasil. Peternakan akan melibatkan kaum dhuafa maupun orang tua asuh anak yatim sebagai mitra yayasan dengan sistem bagi keuntungan. Yayasan akan menyiapkan bibit ayam, pakan, dan obat-obatan, dan para mitra menyiapkan sarana dan prasarana sederhana yang dibutuhkan dalam peternakan rumahan. program ini merupakan peternakan skala rumah tangga yang dapat dijalankan oleh ibu rumah tangga disela sela kesibukan rutinnya. Kerjasama dimulai dari 100 ekor unggas, setelah berhasil panen maka sesuai studi kelayakan yang akan dilakukan oleh tim ahli nantinya pemeliharaan unggas oleh seorang ibu rumah tangga dapat ditingkatkan hingga maksimal 1000 ekor. Kapasitas 1000 ekor ini disesuaikan dengan sisa waktu ibu rumah tangga yang memungkinkan untuk digunakan memelihara ternak dengan anggaran waktu 3 jam per hari. Lokasi peternakan juga memanfaatkan pekarangan rumah masing-masing untuk memudahkan pengelolaan peternakan. Untuk mengantisipasi bau kotoran ayam, untuk selanjutnya akan diadakan penyuluhan tentang pengelolaan kotoran ayam menggunakan mikroorganisme yang efektif untuk menghilangkan bau dan upaya dekomposer agar tidak mengganggu lingkungan.
Kemitraan ini menghendaki pembagian keuntungan 50 % untuk yayasan dan 50% untuk mitra. Dengan asumsi keuntungan sebesar Rp. 3 juta / bulan setiap 1000 ekor, maka yayasan mitra akan dapat memiliki tambahan penghasilan sebesar 1,5 juta rupiah dan juga dapat membagi hasil ke yayasan sebesar 1,5 juta rupiah setiap bulan dalam bentuk shodaqoh. Program ini untuk mendukung program yayasan dalam memuliakan anak yatim binaan YAMAS Purbalingga yang berjumlah 75 anak, ujar Sikin.
Jurnalis BPI (Berita Polri Independen), Parsito.